Sabtu, 21 Maret 2009

PESTISIDA

PESTISIDA

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama yang tersusun dari berbagai unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Pestisida juga sering digunakan untuk memberantas serangga dalam lingkungan rumah tangga.
Setiap kelompok pestisida pada umumnya mempunyai sifat tersendiri dan tidak efektif terhadap OPT dari golongan yang lain, misalnya insektisida tidak dapat mengendalikan cendawan atau gulma. Tetapi ada juga satu jenis pestisida yang digolongkan kedalam lebih dari satu kelompok, misalnya disamping sebagai insektisida juga sebagai nematisida. Oleh karena itu, jenis pestisida yang dipilih harus sesuai dengan OPT-nya. Kalau OPT-nya adalah serangga maka pilihlah insektisida, kalau OPT-nya cendawan pilihlah fungisida. Setelah memilih kelompoknya, kemudian memilih jenis yang efektif untuk OPT sasaran yang ada. Walaupun sama sebagai insektisida tetapi tidak berarti efektif atau tingkatan keefektifannya sama terhadap semua serangga. Untuk mengetahui pestisidanya, termasuk kelompok apa dan efektif untuk OPT apa, dapat dibaca label pada kemasan pestisidanya.
Residu pestisida pada hasil pertanian harus dikendalikan, agar tidak ada atau kalau ada maka kandungan residu tersebut tidak melebihi batas yang ditetapkan. Dalam pengendalian residu pestisida ini, yang paling menentukan adalah pengendalian terhadap penggunaan pestisida dalam perlindungan tanaman di lapangan (on farm). Walaupun pestisida juga digunakan pada pascapanen (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, dan sebagainya), tetapi penggunaan pestisida yang terbesar terjadi di lapangan sebelum panen. Karena pengaruh penggunaan pestisida di lapangan terhadap timbulnya residu pestisida pada hasil pertanian sangat besar, maka perlu dilakukan langkah-langkah konkrit untuk mengendalikan penggunaan pestisida di lapangan agar residunya pada saat dipanen minimum atau di bawah batas ambang yang telah ditetapkan.
DDT sebagai insektisida organik sintetik pertama ditemukan dan digunakan secara luas sejak tahun 1945. Pada tahun 1948 sudah mulai dilaporkan terjadinya resistensi DDT pada nyamuk dan lalat. Pada tahun 1986 dilaporkan 447 jenis serangga yang resisten terhadap hampir semua kelompok insektisida (organokhlor, oganofosfat, karbamat, piretroid sintetik, fumigan) termasuk kelompok insektisida hayati seperti Bt (Georgiiou,1986). Jenis resistensi hama terhadap pestisida dapat berupa resistensi tunggal, resistensi ganda (multiple resistance) atau resistensi silang (cross resistance). Resistensi pestisida tidak hanya terjadi pada serangga-serangga pertanian, tetapi juga pada semua kelompok serangga termasuk serangga rumah tangga dan kesehatan masyarakat.
Petani di Indonesia umumnya masih cenderung enggan mengambil risiko. Meskipun PHT sudah menjadi kebijakan pemerintah, namun banyak petani masih mempercayakan pada penyemprotan pestisida secara asuransi. Tanggapan pertama petani terhadap pestisida yang kehilangan efektivitasnya adalah dengan meningkatkan dosis dan frekuensi aplikasi. Bila hal ini tak berhasil mereka akan menggunakan jenis pestisida yang lebih baru, lebih mahal dan mereka harapkan lebih manjur daripada jenis pestisida yang digunakan sebelumnya. Pergeseran petani dari penggunaan pestisida baru tanpa adanya perubahan mendasar dalam filosofi dan strategi pengendalian hama dengan pestisida, merupakan solusi sementara yang akan menimbulkan masalah baru yang lebih parah yaitu terjadinya resistensi hama pada jenis pestisida yang baru. Dari data penelitian dan empirik dapat dibuktikan bahwa populasi hama yang sudah resisten terhadap satu atau lebih jenis pestisida biasanya dapat mengembangkan sifat resistensi terhadap senyawa lain secara lebih cepat, khususnya bila senyawa baru ini mempunyai mekanisme resistensi yang sama atau berdekatan dengan senyawa-senyawa sebelumnya. Sebagian besar hama mampu mempertahankan dan mewariskan sifat resistensi pada keturunannya dalam waktu yang lama.
MACAM-MACAM PESTISIDA
1. Pestisida kimiawi
2. Pestisida nabati

Jumat, 13 Maret 2009

larangan penggunaan pestisida

Sampai akhir dekade ini, sedikitnya 22 bahan kimia yang paling berbahaya akan dilarang di Eropa. Keputusan parlemen Eropa hari Selasa (13.1) menggantikan peraturan pestisida Uni Eropa yang sudah berlaku sejak 18 tahun silam. Obat-obatan anti hama yang kini dilarang itu, secara khusus merupakan pestisida yang menyebabkan penyakit kanker, yang mengubah genotip atau mengganggu kemampuan mendapatkan keturunan.

Anggota parlemen dari faksi Hijau, Hiltrud Breyer menyambut keputusan itu: “Keamanan konsumen menjadi semakin terjamin. Keputusan ini betul-betul merupakan terobosan dan menunjukan bahwa Uni Eropa berusaha keras untuk melindungi kesehatan”.

Breyer menyebutnya, sebagai akhir dari upaya untuk selalu merekayasa batasan tingkat racun yang diizinkan dalam sebuah produk. Tuturnya, “Sampai sekarang banyak nilai yang dijelmakan sebagai penanda batasan bahwa suatu zat berbahaya atau tidak. Tapi selama itu, kita tak pernah tahu persis. Yang kita lakukan sekarang itu menbangun rasa aman, karena kini kita mengatakan, zat-zat ini terlarang dan memang seharusnya tak ada sama sekali dalam bahan pangan.”

Sedikitnya satu setengah tahun waktu yang dibutuhkan oleh Komisi, anggota Uni Eropa dan Parlemen Eropa hingga mencapai kompromi yang bisa diterima oleh mayoritas anggotanya. Sedikitnya 5 persen dari sekitar 400 jenis bahan kimia tak boleh lagi diproduksi dan sebelumnya hal ini membuat cemas banyak pihak.

Ikatan Petani negara-negara Eropa takut menghadapi kegagalan panen. Selain itu, definisi mengenai zat kimia yang dapat merusak kesehatan itu lumayan rancu. Friedhelm Schmieder, Direktor Jendral Ikatan Industri Eropa, ECPA meminta definisi dan penilaian yang ilmiah. Pihak industri juga terbuka untuk melakukan penelitian yang lebih ramah lingkungan, meskipun tidak dapat memberikan jaminan sukses. Direktor Jendral Ikatan Industri Eropa, ECPA, Friedhelm Schmieder:

”Setiap tahunnya banyak zat baru yang ditemukan, apakah zat ini merupakan solusi yang kami cari, ini sangat diragukan.”

Di Uni Eropa lebih dari 140 ribu ton pestisida digunakan per tahun dan seperempat buah-buahan yang dijual di pasar menunjukan sisa-sisa pestisida. Kini penggunaan pestisida untuk keperluan pertanian dibatasi. Nantinya, semua produk pangan impor, termasuk buah-buahan, harus bebas dari pestisida dan memenuhi persyaratan Eropa. Di Eropa, penggunaan pestisida beracun juga akan dilarang di dan sekitar taman, kawasan urban dan kawasan-kawasan terlindung.

Kamis, 12 Maret 2009

membuat pestisida

Penggunaan pestisida buatan yang memakai bahan kimia
memang berbahaya bagi manusia. Kita sering merasa
waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah,
semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini
dapat membantu memecahkan persoalan Anda (petani)
dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus
keluarga.

Mimba (Azadiracta indica)
Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2
genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1
liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan
selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan
tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya
harus ditambah dengan air sebagai pengencer.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya
sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air.
Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring.
Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang
dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama
tanaman.

Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan
sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang
atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga
dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan
dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa
digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu.
Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai
betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk
dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan
ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini
bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama
tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk
halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi.
Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan
1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai
jenis serangga penyerang tanaman.

Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan
menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian
saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas
hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.

Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan
dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk
mencegah damping off atau penyakit rebah.

Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan
cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian
diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan
deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.
Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila
ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan
air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai
hama tanaman, khususnya hortikultura.

Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling
perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak denga
tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini
bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat
grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit
tanaman.

Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan
tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil
ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air
secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan
untuk memberantas berbagai hama yang menyerang
tanaman.

Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3
siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang
bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air
lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian
air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut
dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah
dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung
cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat
digunakan untuk membasmi hama tanaman.

Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil
getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk
mengendalikan berbagai hama tanaman.

Kemanggi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar,
kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus
sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil
saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.

Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi
tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya.
Campuran antara tepung dan air tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.

Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar.
Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang
terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun
pengerek daun.

Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput
tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk
mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.

Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan.
Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari
saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan
berbagai hama tanaman.

Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu
ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang
gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai
jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.

Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah
dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian
disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan
untuk mengusir semut.

Rabu, 11 Maret 2009

efek pestisida

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa apa-apa yang ada dibumi dan seisinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Adapun seisi bumi tersebut terdapat makhluk hidup dan benda mati. Makhluk hidup juga beragam adanya, ada tumbuhan, hewan, dan manusia. Manusia adalh makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk yang lain. Meski begitu manusia tidaklah selalu baik sama halnya dengan hewan yang ada disekitarnya, hewan ada yang menguntungkan dan yang merugikan bagi manusia.

Dalam hidupnya manusia berkeinginan untuk selalu meningkatkan produksi tanaman dan hewan sebagai upaya untuk melangsungkan kehidupannya. Oleh karena itu, manusia tidak menginginkan makanannya diganggu oleh makhluk lain. Serangga, jamur, alang-alang, dan tikus merupakan makhluk hidup yang tidak diinginkan oleh manusia. Dalam rangka peningkatan produksi itulah, dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan hama dengan menggunakan zat kimia anti hama atau pestisida.

1. Jenis pestisida

Hama yang menyerang tanaman atau hewan sangat banyak jenisnya karena itu orang membuat bermacam-macam pestisida. Umumnya satu pestisida sangat ampuh terhadap satu jenis hama. Berdasarkan jenis hama yang akan diberantas, pestisida dapat digolongkan menjadi 4, yaitu :

a. Insektisida

Insektisida merupakan pestisida pencegah dan pembunuh serangga. Misalnya propoksur, doklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon. Insektisida tidak saja digunakan dipertanian atau peternakan tetapi juga digunakan dirumah-rumah untuk membasmi kecoa, lalat, nyamuk, laba-laba, semut, rayap dan sebagainya.

b. Fungisida

Fungisida merupakan pestisida untuk jamur. Fungisida selain sebagai racun untuk jamur juga berkhasiat sebagai racun tanaman dan racun serangga misalnya organomerkuri dan natrium dikromat.

c. Rodentisida

Rodentisida merupakan pestisida pencegah dan pembasmi tikus. Rodentisida banyak digunakan didaerah persawahan, perladangan,dan dirumah. Misalnya senyawa arsen (warangan) dan thalium sulfat.

d. Herdisida

Herdisida merupakan pestisida pencegah dan pembasmi tanaman (biasanya jenis alang-alang). Alang-alang dapat dikatakan sebagai hama tanaman mengingat alang-alang merebut makanan dari tanaman yang ada dalam tanah. Misalnya amonium sulfonat dan penta klorofenol.

Mengingat keampuhannya membasmi hama maka perkembangan penggunaan pestisida sangat cepat. Pestisida sebagai racun umumnya meracuni semua jenis makhluk hidup termasuk manusia. Masalahnya ada jenis hama tertentu yang dapat menjadi kebal, sedangkan hewan pemakan hama teracuni dan mati. Akibatnya pertambahan hama menjadi lebih pesat. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka orang membuat jenis pestisida lainnya.

2. Pencemaran pestisida

Pencemaran pestisida dapat terjadi bila pestisida digunakan secara berlebihan. Tanah disekitar tanaman akan tercemar dan membunuh makhluk kecil dalam tanah, antara lain bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan insekta yang berfungsi sebagai penyubur tanah. Akibatnya tanah menjadi keras dan tandus.
Pencemaran air oleh pestisida terjadi melalui aliran air dari tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam rangka memperbanyak produksi pertanian dan peternakan. Kadar pestisida dalam air yang tinggi dapat membunuh organisme air antara lain ikan dan udang. Pada kadar yang rendah pestisida dalam air meracuni organisme kecil. Organusme kecil yang telah teracuni oleh pestisida itu, kemudian dimakan oleh ikan dan udang. Akibatnya ikan dan udang mengalami dua kali keracunan yaitu melalui insangnya dan melalui makanannya. Selanjutnya ikan dan udang yang keracunan itu ditangkap dan dimakan oleh manusia. Dengan demikian, manusia juga akan keracunan pestisida.

pestisida organik

Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida Organik: adalah pengendali hama yang dibuat dengan memanfaatkan zat racun dari gadung dan tembakau. Karena bahan-bahan ini mudah didapat oleh petani, maka pestisida organik dapat dibuat sendiri oleh petani sehingga menekan biaya produksi dan akrab denga lingkungan.

Bahan dan Alat:

2 kg gadung.
1 kg tembakau.
2 ons terasi.
¼ kg jaringao (dringo).
4 liter air.
1 sendok makan minyak kelapa.
Parutan kelapa.
Saringan kelapa (kain tipis).
Ember plastik.
Nampan plastik.
Cara Pembuatan:

Minyak kelapa dioleskan pada kulit tangan dan kaki (sebagai perisai dari getah gadung).
Gadung dikupas kulitnya dan diparut.
Tembakau digodok atau dapat juga direndam dengan 3 liter air panas
Jaringao ditumbuk kemudian direndam dengan ½ liter air panas
Tembakau, jaringao, dan terasi direndam sendiri-sendiri selama 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan satu per satu dan dijadikan satu wadah sehingga hasil perasan ramuan tersebut menjadi 5 liter larutan.
Dosis:

1 gelas larutan dicampur 5-10 liter air.
2 gelas larutan dicampur 10-14 liter air.
Kegunaan:

Dapat menekan populasi serangan hama dan penyakit.
Dapat menolak hama dan penyakit.
Dapat mengundang makanan tambahan musuh alami.
Sasaran:

Wereng batang coklat, Lembing batu, Ulat grayak, ulat hama putih palsu.

Catatan: Meskipun ramuan ini lebih akrab lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali. Penggunaan di bawah batas ambang dan berlebihan dikhawatirkan akan mematikan musuh alami hama yang bersangkutan.

Selasa, 10 Maret 2009

Pestisida mencakup

Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh.

Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb.

Karena pestisida merupakan bahan racun maka penggunaanya perlu kehati-hatian, dengan memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.



Penggolongan pestisida menurut jasad sasaran

*

Insektisida, racun serangga (insekta)
*

Fungisida, racun cendawan / jamur
*

Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu
*

Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)
*

Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)
*

Nematisida, racun nematoda, dst.


Penggolongan menurut asal dan sifat kimia

1. Sintetik

1.1. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.

1.2. Organik :

1.2.1. Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.

1.2.2. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.

1.2.3. Organofosfat : malathion, biothion dll.

1.2.4. Karbamat : Furadan, Sevin dll.

1.2.5. Dinitrofenol : Dinex dll.

1.2.6. Thiosianat : lethane dll.

1.2.7. Sulfonat, sulfida, sulfon.

1.2.8. Lain-lain : methylbromida dll.

2. Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.



Penamaan pestisida (Nomenklatur)

Contoh :

I. Carbophenothion

II. Trithion (R)

III.
(p-chlorophenylthio) methyl ] 0 , 0 -diethyl phosphoro­dithioate

IV.



Keterangan:

I. Nama umum (generik)

II. Nama dagang

III. Nama kimia

IV. Rumus (struktur) kimia



Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga :

*

Melalui dinding badan, kulit (kutikel)
*

Melalui mulut dan saluran makanan (racun perut)
*

Melalui jalan napas (spirakel) misalnya dengan fumigan.



Jenis racun pestisida

Dari segi racunnya pestisida dapat dibedakan atas:

1.

Racun sistemik, artinya dapat diserap melalui sistem organisme misalnya melalui akar atau daun kemudian diserap ke dalam jaringan tanaman yang akan bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga mengakibatkan peracunan bagi hama.
2.

Racun kontak, langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat pemberian insektisida atau dapat pula serangga target kemudian kena sisa insektisida (residu) insektisida beberapa waktu setelah penyemprotan.


Formulasi pestisida

Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.

Formulasi insektisida yang digunakan dalam pengawetan kayu dan pengendalian hama hasil hutan pada umumnya adalah dalam bentuk:

1. Untuk Penyemprotan (sprays) dan pencelupan (dipping)

1.1. Emulsifiable / emulsible concentrates (EC)

1.2. Water miscible liquids (S)

1.2a. Water soluble concentrates (WSC)

1.2b. Soluble concentrates (SC)

1.3. Wettable powder (WP)

1.4. Flowable suspension (F)

1.5. Water soluble powders (SP)

1.6. Ultra Low Volume Concentrates (ULV)

2. Dalam bentuk Dusts (D)

2.1. Racun dust yang tidak diencerkan, misalnya langsung dioleskan pada bagian tiang yang akan ditanam (direct dust admixture)

2.2. Racun dengan pengencer aktif, misalnya belerang

2.3. Racun dengan pengencer inert, misalnya pyrophyllite

3. Fumigan misalnya kloropikrin untuk Cryptotermes

4. Umpan (baits)

EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis detergen (sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir kecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Secara tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air, dusting, dan butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling umum, mencakup 75 % dari seluruh pemakaian insektisida, yang sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible Concentrates.

Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan atau endapan setelah 24 jam.

S (solution, larutan dalam air) merupakan larutan garam dalam air atau campuran yang jernih walaupun semula mengandung cairan lain misalnya alkohol yang dapat bercampur dengan air.

Dusts (D) : Dusts, debu, tepung atau bubuk – merupakan formulasi pestisida yang paling sederhana dan yang paling mudah untuk digunakan. Contoh paling sederhana dari dust yang tidak di “encerkan” adalah tepung belerang yang digunakan untuk menekan hampi semua populasi serangga. Rayap Cryptotermes dapat dikendalikan populasinya dengan dusting.

Insektisida teknis, adalah insektisida yang tidak diformulasikan (technical grade); dianjurkan agar jangan sekali-sekali menggunakan secara langsung insektisida teknis yang belum diformulasikan karena :

*

sangat berbahaya bagi pemakai (operator)
*

berbahaya bagi pihak lain (manusia dan jasad-jasad lain di sekitar)
*

mencemari sumber air
*

lebih mahal
*

sukar pengaplikasiannya
*

residu bertahan lama (bahaya terhadap lingkungan)
*

tidak dapat disimpan lama dan penyimpanannya menimbulkan masalah
*

kurang efektif’



Cara kerja racun (lihat bagian akhir, Toksikologi)

1. Racun sel umum / protoplasma, misalnya logam-logam berat, arsenat dll.

2. Racun syaraf :

*

Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam neuron (sel syaraf) dan merusak selubung syaraf : DDT dan OK lainnya
*

Menghambat bekerjanya ChE (ensim pengurai acethylcholine yaitu Choline Esterase) : semua OF dan KB

3. Racun lain misalnya merusak mitokondria, sel darah dll.

* Keterangan : OK - orgonokhlorin (chlorinated hydrocarbons)

OF - organofofat (organophosphates atau fosfat organik)

KB - karbamat (carbamates)



Syarat syarat pestisida yang ekonomis:

1.

Efektif – memiliki daya mematikan hama yang tinggi
2.

Aman terhadap manusia terutama operator, juga hewan ternak dan komponen lingkungan lainnya, cukup selektif (tidak membunuh jasad yang bukan sasaran), kurang persisten, tidak menyebabkan biomagnifikasi.
3.

Ekonomis, efektif, efisien : broad spectrum (dapat digunakan untuk berbagai hama), cukup spesifik, dan relatif tidak mahal.



Cara pemakaian (application methods):

1.

Penyemprotan (spraying) : merupakan metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter enceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000 liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
2.

Dusting (lihat penjelasan terdahulu) : untuk hama rayap kayu kering Cryptotermes, dusting sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
3.

Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah di persemaian dsb.
4.

Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama batang, daun, penggerek dll.
5.

Dipping : perendaman / pencelupan seperti untuk biji / benih, kayu.
6.

Fumigasi : penguapan, misalnya pada hama gudang atau hama kayu.
7.

Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya dalam pengawetan kayu.


Pestisida dan bahan penyampur

Pestisida sebagai bahan racun akfif (active ingredient) dalam formulasi biasanya dinyatakan dalam berat / volume (di Amerika Serikat dan Inggris) atau berat-berat (di Eropah). Bahan-bahan lain yang tidak akfif yang dicampurkan dalam pestisida yang telah diformulasi dapat berupa :

*

pelarut (solvent) adalah bahan cair pelarut misalnya alkohol, minyak tanah, xylene dan air. Biasanya bahan pelarut ini telah diberi deodorant (bahan penghilang bau tidak enak baik yang berasal dari pelarut maupun dari bahan aktif).
*

sinergis, sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun, walaupun bahan itu sendiri mungkin tidak beracun, seperti sesamin (berasal dari biji wijen), dan piperonil butoksida.
*

emulisifier, merupakan bahan detergen yang akan memudahkan terjadinya emulsi bila bahan minyak diencerkan dalam air.
*

di samping bahan-bahan tersebut di atas, menurut keperluan, dalam formulasi ditambahkan bahan-bahan lain seperti pencegah kebakaran, penghilang bau yang tidak enak (deodorizer) dan peniada tegangan permukaan.


Dosis, dose konsentrasi dan aplikasi

Dosis (dosage), adalah banyaknya (volume) racun (bahan aktif, walaupun dalam praktek yang dimaksud adalah product formulation) yang diaplikasikan pada suatu satuan luas atau volume, misalnya : 1 liter / ha luasan, 100 cc / m3 kayu dst. Dosis pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap, walaupun kensentrasi dapat berubah-ubah.

Dose adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam berat, mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan dalam mg/kg (mg bahan aktif per kg berat tubuh organisme sasaran).

Konsentrasi, adalah perbandingan (persentase, precentage) antara bahan aktif dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau pembawa.

BEBERAPA CONTOH INSEKTISIDA

Di antara golongan-golongan insektisida yang paling banyak digunakan dalam pertanian dan kehutanan pada saat ini adalah dari golongan OK (organokhlorin), OF (organofosfat) dan KB (karbamat).

1. Organoklorin (OK)


2. Organofosfat (OF)



4. Karbamat (KB)

5. Thiosianat
6. Fluoroasetat
7. Dinitrofenol
8. Insektisida botanis :
Piretroida
9. Inhibitor sintesis kutikel
10. Sinergis

11. Fumigan





TOKSIKOLOGI

Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons) sebagian besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen selubung sel syaraf (Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu. Peracunan dapat menyebabkan kematian atau pulih kembali. Kepulihan bukan disebabkan karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi karena disimpan dalam lemak tubuh. Semua insektisida OK sukar terurai oleh faktor-faktor lingkungan dan bersifat persisten, Mereka cenderung menempel pada lemak dan partikel tanah sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi akumulasi, demikian pula di dalam tanah. Akibat peracunan biasanya terasa setelah waktu yang lama, terutama bila dose kematian (lethal dose) telah tercapai. Hal inilah yang menyebabkan sehingga penggunaan OK pada saat ini semakin berkurang dan dibatasi. Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan peracunan lingkungan yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan biologis) yaitu peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam tubuh jasad hidup, karena reaksi hayati tertentu.

Semua senyawa OF (organofosfat, organophospates) dan KB (karbamat, carbamates) bersifat perintang ChE (ensim choline esterase), ensim yang berperan dalam penerusan rangsangan syaraf. Peracunan dapat terjadi karena gangguan dalam fungsi susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau dapat pulih kembali. Umur residu dari OF dan KB ini tidak berlangsung lama sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung tidak terjadi karena faktor-faktor lingkungan mudah menguraikan senyawa-senyawa OF dan KB menjadi komponen yang tidak beracun. Walaupun demikian senyawa ini merupakan racun akut sehingga dalam penggunaannya faktor-faktor keamanan sangat perlu diperhatikan. Karena bahaya yang ditimbulkannya dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama, sebagian besar insektisida dan sebagian fungisida yang digunakan saat ini adalah dari golongan OF dan KB.

Parameter yang digunakan untuk menilai efek peracunan pestisida terhadap mamalia dan manusia adalah nilai LD50 (lethal dose 50 %) yang menunjukkan banyaknya pestisida dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis dari antara 100 ekor yang diberi dose tersebut. Yang perlu diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral (termakan) dan LD50 akut dermal (terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari percobaan-percobaan dengan tikus putih. Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi manusia. LD50 yang rendah (di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.